Matikan lah aku tuhan dengan rasa ini,
Dengan nama satunya bintang seri,
Jika takdir tak ku pegang bahgia kini,
i bumi ciptaanMu ini,
izinkan aku bersama dia di surgawi,
agar bisa ku pinta dia lelaki,
untuk menjaga aku sepenuh hati
mencinta aku dengan nyawanya pasti,
agar bisa aku rasa disayangi,
oleh dia yang ku pujacintarindui,
kerna di sana nanti,
kan ku pinta agar dirinya sudi,
terima aku si kacahina ini,
dengan segala ikhlas yang tak bertepi.
tetapinya,
layakkah aku ke surgawi?
dan kecapi impian satu ku ini?
harusnya aku sedar mampunya diri.
walaupun segalanya sudah tak punya erti.
namun aku tetap di dunia hakiki.
tunggu janji tuhan yang pasti.
mati.
Dalam sayap keamanan
Dalam rasa di dalam ramai
Dalam melayan indah tenang
Sayup
Terdengar bedilan tajam meriam
Peluru bagai hujan lagaknya
Tangisan yang entah siapa miliknya
Bagai hujung sebuah dunia
Sedar
'Perang' hati rupanya
Lawan yang tiada siapa
Tetap berdarah seluruhnya
Lalu ku kutip
Ku balut hati remukpecahhancur
Dengan perisai jiwa
Kukuhkan ia bersama taluan doa
Agar mampu kuat berdiri
Takkan lagi hancur dek peluru cinta
Mahupun bedilan janji indahloka
Juga lemas hanyut segalanya
Bersama sumpah bahgia.
Sampai ketemu
Dengan panglima satria
Yang mampu kecaikan perisai jiwa
Walau kunjung tibanya
Mungkin takkan ada.
ku renung jauh pekat malam,
adanya bulan, ada juga bintang,
bulan berdiri sendiri di situ
namun,cahayanya tak seberapa.
gelap, kusam, tak bermaya,
lalu ku laungkan,
"hey bulan, kamu bersedih?"
bulan diam.
malapkan terus seri.
matanya terus memandang bintang,
bintang itu berdua,
bersama.
sinarnya berkelip-kelip,
cahaya mereka bagai menari ceria
bagai langit itu hanya milik mereka
lalu ku laungkan lagi,
"hey bintang, kamu bahgia?"
terus, menitis air matanya sang bulan
bila ia melihatkan bintang yang itu,
"kenapa bulan?"
jawab bulan
aku ini malap, aku ini kusam,
tiada apa yang boleh ku bangga,
hanya adanya aku,
harapkan cahaya si bintang
walau sedikit
walau secebis cuma
agar dapat ku tumpang bahagia mereka
tetap di sini, melihat mereka menari bahagia,
seindah kerlipannya
terdiam aku.
selama ini bagiku,
bulan sinari malamnya bumi
rupanya ia tak mampu beri sinar hatinya sendiri
dan terus-terusan
cemburukan bintang di awan
gagahlah bulan.
bertabahlah bulan.
satu hari nanti,
bintang akan sedar.
hadirmu,
wujudmu,
rasa jiwa mu.
kamu ada untuk dia. selalu.
ini kisah tentang cerita
sebuah duka dan gembira
yang ada kala, jatuh tersungkur
namun kental bangun semula.
kita kenal apa ertinya
duka lara dalam sengsara
namun gelap bukan selama
sebelum dikurniakan cahaya.
kadangnya kita terlupa
kurniaan yang maha Esa
dulu berteman sunyi luka
kini bersama indahloka nya
rasa rasa
jiwa jiwa
hati hati
bara bara
nyawa ini dalam dunia
hanya pinjaman yang semata
walau menggila arus tiba
perlu hadapi apa terdaya
jangan dibanding apa kau ada
dengan mereka ataupun dia
ikhlaskan hati salutkan jiwa
gagahkan langkah mimpikan nyata
bila ada pencinta setia
jujurkan hati muliakan rasa
perjuangkanlah apa yang kau punya
gengamkan erat walau berbara
jika ada waktu berduka
sesekali jangan putuskan asa
kerna akan tiba jua
mentari bersinar pelangi dipuja
rasa rasa
jiwa jiwa
hati hati
bara bara
rasa rasa
jiwa jiwa
hati hati
bara bara.
hari ini rasa aku agak kosong
entah kenapa bagai satu batu besar
menghempap diri hingga menutup rongga
ah, siapa tidak pernah begitu
bila hadirnya tak tahu hendak ku kata bagaimana
sukar hendak di jelas mahu di laungkan
terasa sempit dada, mengigil anggota tubuh
ku fikirkan 'oh, jangan ini yang kedua'
kuat ku belum lagi kunjung tiba
lalu aku cuba tanyakan pada si hati
hey, apa yang kau mahu hingga seksa diri ku?
si hati itu hanya diam, sepatah pon tak berkata
lalu di layarkan sebuah wajah di pangkal minda
tersentap aku dalam aku yang termanggu-manggu
kenapa dia?
wajah yang satu itu juga kau titipkan
walau aku tahu ah, dia takkan seperti kamu
fikirkan tiap wujudnya dalam hidup itu bahgia
kemudian aku tutup kedua mataku
mata yang ku tahu tak punya apa sakti pun
lalu ku bisikkan pada sang mata kedua-dua
'apa betul yang apa hati layarkan pada minda?'
kedua mata juga bisu tanpa bicara
lalu mereka hembuskan sebuah nama di susuk telinga
kenapa dia?
nama yang kau tahu memang aku tergila
tiada apa jawapan dari segala soalan yang ku bahaskan
kemudian bisik satu suara yang ku tak tahu asalnya
'hey, itulah jiwa'.
di satu saat itu
rama-rama itu mampu terbang
tinggi sekali mengapai langit
ceria membiaskan warna pelangi
sebarkan segala angin suka
segalanya mekar wangi sepert bunga
jiwa itu. indah
di satu saat itu
rama-rama itu terudum jatuh
dipanah api, kepaknya terbakar teruk
menyembam badan di satu tanah itu
gersang yang lansung tak ada penghuni
tak mampu lagi dampingi segala gembira
meruduk sendiri ia dengan kisah duka lara
jiwa itu. hancur.
di satu saat itu
ia cuba untuk cuba berdiri dalam gigil
walau dinding kuatnya sudah rapuh menanti roboh
asanya juga tak bisa menongkah arus menggila
ya, rama-rama itu sudah tinggal nyawa-nyawa
memohon ihsan yang sedikit cuma nya itu
untuk menumpang kerdil di sehina ceruk bumi
izinkan dia hembus nafas sengsara itu pergi.
sebelum abadi dia dikebumi. pinta izin.